Hari ini tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Menjadi satu momen yang begitu luarbiasa ketika saat ini Guru menjadi profesi yang begitu dihargai, walaupun tanpa peringatan yang digaungkan secara nasional, menjadi guru dari dulu adalah suatu kebanggaan dan mulia. Penulis ingat masa sekolah Dasar ketika setiap siswa ditanya apa yang menjadi cita-cita ketika dewasa, hanya penulis yang menjawab ingin menjadi guru agama. Hal ini tercetus karena kekaguman yang penulis rasakan ketika interaksi bersama guru di masa sekolah. Belum lagi memang menjadi nasehat yang dipesankan mak dulu, kalau perempuan mau kerja ya harusnya jadi guru. Karena menjadi guru tidak akan menghilangkan sifat keibuan sebagai wanita, belum lagi dulu menjadi guru, banyak waktu yang bisa diberikan untuk keluarga, ketika selesai mengajar di sekolah.
Kata Guru berasal dari kata Sansekerta, yang Gu artinya Kegelapan dan Ru artinya Cahaya. Gabungan Gu dan Ru membentuk sebuah makna bahwa guru adalah orang yang mampu membawa cahaya dalam kegelapan. Pada dasarnya setiap manusia berawal dari kegelapan dan tidak memiliki pengetahuan yang dipresentasikan dengan kata GU. Kemudian manusia akan berkembang dan menempuh pendidikan yang membuat mereka bercahaya, memiliki pengetahuan atau juga disebut RU. Oleh karena itu kata guru disebut sebagai proses mengubah kegelapan menuju cahaya, atau yang menuntun seseorang kepada cahaya (pengetahuan) .(wikipedia)
Kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang pekerjaannya mengajar. Bila kita telaah guru dengan makna yang sangat luas kita dapati bahwa ada guru bukan hanya yang mengajar dan mendidik di lembaga formal dan non formal, tapi setiap kita adalah guru dalam setiap sesi kehidupan kita. Orang tua menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Orang Tua menjadi teladan yang juga digugu dan ditiru. Mengajarkan dan mengenalkan Allah SWT pada fase awal kehidupan mereka. Menanamkan akhlak dan mengajarkan pengetahuan awal sebelum mereka bersentuhan dengan sekolah. Seorang Penyuluh Agama, juga menjadi guru mulai dari usia dini sampai mereka yang usia lanjut.
Dan mari kita lihat bagaimana tauladan dari seorang kekasih Allah SWT yang menjadi Rasul, pemimpin, sahabat dan juga guru (Murobbi) bagi umat. Ketika para sahabat duduk bersama Rasulullah SAW, lalu Abu Hurairah ra mengatakan ” Ya Rasulullah ketika aku melihatmu, jiwaku menjadi tentram dan mataku menjadi sejuk……….(HR.Ahmad). Dari gambaran hadits ini, bagaimana Rasulullah SAW yang menjadi murobbi (guru) melahirkan ketentraman jiwa dan mata yang menyejukkan bagi para muridnya. Ini merupakan buah dari kesempurnaan dan kemuliaan dari akhlak Rasulullah SAW yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Sehingga siapapun yang berhadapan dengan Rasulullah SAW merasakan ketenangan.
Itulah gambaran sifat seorang guru pada diri Rasulullah SAW. Maka, hendaknya kita menjadikan Rasulullah SAW sebagai tauladan kita dalam mendidik dan mengajar. Bayangkan pahala yaang akan terus mengalir kepada kita walau kita sudah tiada ketika ilmu yang diajarkan menjadi bermanfaat dan di amalkan.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ – رواه مسلم والترمذيّ وأبو داود والنسائيّ وابن حبّان عن أبي هريرة
“Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mau mendoakannya”. Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam an-Nasa`i, dan Imam Ibnu Hibban bersumber dari Sayyidina Abu Hurairah ra.
Selamat Hari Guru
Teruslah memberikan cahaya dalam kegelapan
Semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan dan kebaikan untuk semua jasamu “Pahlawan tanpa Tanda jasa” (YOY)
2 Responses
Luar biasa ibuk kami
Terus menginspirasi
Dengan menulis kita akan di ketahui ada oleh orang sesudah kita
MasyaAllah betul sekali Pak Doktor Oki